Jakarta – allcamshub.com Sebuah kos-kosan berlubang karya anak bangsa di Surabaya pernah masuk dalam daftar finalis Festival Arsitektur Dunia 2016. Arsitek kos-kosan ini menceritakan perjalanannya membangun kos-kosan unik hingga bersaing dengan arsitek-arsitek dunia.
Arsitek Andy Rahman dari Andyrahman Architect menjelaskan World Architecture Festival merupakan ajang penghargaan tahunan bagi arsitek yang ingin karyanya mendapat apresiasi dari dunia arsitektur. Ia awalnya mempublikasikan desain kos-kosan melalui sebuah situs internasional.
“Waktu itu sempat setelah (bangunan kos-kosan) jadi kita foto, kemudian kita tulis (deskripsi proyek). Lalu kita submit-kan dalam platform aset digital buat website internasional, namanya Archdaily. Jadi kita submitkan ke Archdaily per arsitektur dunia. Lalu lolos, dipublikasikan di situ,” ujar Andy kepada allcamshub.com, Jumat (12/7/2024).
Setelah mempublikasikan karya tersebut, ia mendaftarkan karyanya ke World Architecture Festival 2016. Desain kos-kosan Andy bersama tim berhasil melalui seleksi, sehingga diundang panitia untuk menyampaikan presentasi di Berlin sebagai finalis.
“Alhamdulillah tahun 2016 kita lolos (menjadi finalis) dan waktu itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang karyanya terbangun,” ungkapnya.
Andy menyebutkan waktu itu dalam kategori yang karyanya terpilih, timnya bersaing dengan firma dan perusahaan arsitektur besar dunia. Beberapa saingannya merupakan perusahaan dari Britania Raya , Denmark, hingga Singapura.
“Jadi perusahaan-perusahaan ini lawan kita. Jadi kita nothing to lose aja, yang penting kita sharing lah tentang desain kita,” katanya.
Sebuah Di samping itu, ia membagikan awal mula mendesain kos-kosan berlubang di Surabaya. Andy saat itu bekerja sama kembali dengan klien yang sebelumnya juga pernah ia rancang kos-kosannya.
Ia pun mengajukan ke klein desain arsitektur yang mengusung biofilik dan bioklimatik.
“Konsep dari kos-kosan ini semuanya raw material untuk menekan anggaran, tapi secara bentukan dan pengalaman ruang, kita berikan sesuatu yang baru,” imbuhnya.
Andy mengatakan kos-kosan tersebut memiliki ruang komunal yang cukup luas dan tersambung ke pantry. Bangunan itu memiliki ruang parkir untuk sepeda.
Menurutnya, hal ini memberikan kenyamanan untuk penghuni kos-kosan. Selain itu, bangunan menjadi lebih ramah lingkungan dan hemat biaya karena menggunakan barang bekas serta memiliki banyak ventilasi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami.
Jadinya kos-kosan itu akhirnya bisa selesai di 2015 dengan desain lebih biofilik dan bioklimatik karena ruangan-ruangan publiknya itu semuanya tidak pakai AC semuanya berongga dindingnya,” pungkasnya.